PERBAIKAN SISTEM PEMASARAN TEH


 

Rendahnya harga teh di tingkat petani yaitu hanya 15,8% dari harga teh wangi di tingkat konsumen menindikasikan bahwa ada permasalahan di bagian pemasaran teh di Indonesia, baik dalam hal kelembagaan, rantai nilai dan rantai tataniaga, serta pelaksanaan transaksi. Akibatnya,   pembagian keuntungan / manfaat di sepanjang supply chain menjadi asih sangat timpang.

Bandung Tea Auction (BTA) yang seharusnya dapat memasarkan hasil produksi dan mengangkat  harga teh  di tingkat petani,  hingga saat ini belum  mampu menjalankan misinya karena berbagai masalah yang dihadapinya antara lain ketiadaan bridging finance, keterbatasan SDM, dan dana operasional.  Harga ekspor teh Indonesia  yang tercermin dari harga lelang teh di Jakarta Tea Auction (JTA) hanya 55%-60% dari harga teh di Colombo Tea Auction (CTA) yang antara lain disebabkan oleh kurangnya persaingan dalam lelang. Peranan lembaga lelang yang ada, baik BTA dan JTA, yakni volume teh yang dijual melalui lelang hanya sebesar 22%, sedangkan 78% sisanya diperdagangkan dengan transaksi langsung antara produsen dengan fabrikan atau eksportir. Hal demikian menyebabkan produsen dan harga teh menjadi lebih tertekan.

Di lain pihak, volume ekspor teh Indonesia sebesar 94 % masih dalam bentuk curah (bulk).  Ini berbeda dengan ekspor teh Sedangkan Sri Langka dan India, di mana  30-40 % dari total ekspor sudah dalam bentuk  produk  hilir. Praktek yang demikian tentu saja menguntungkan bagi kedua negara tersebut, karena dapat memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Bahkan hal ini juga diperparah dengan Kondisi Pangsa Pasar Teh di dalam negeri belum mampu bersaing  dengan jenis minuman lain.  Pangsa pasar minuman dalam kemasan mencapai 42 %, sedangkan pangsa pasar minuman teh hanya sebesar 28 %.  Konsumsi Teh Indonesia ±  350 gr/kapita/thn, lebih rendah dari India 600 gram dan Srilangka 1.300 gram.

Untuk itu Dewan Teh Indonesia mencananagkan pogram perbaikan sistem pemasaran teh di Indonesia, sebagai salah satu Critical Sucess Factor dalam upaya penyelamatan agribisnis teh Indonesia. Beberapa langkah yang perlu ditempuh antara lain sebagai berikut :

  • Meningkatkan kegiatan promosi dan pemasaran teh sesuai dengan program perbaikan kebun, pengolahan, dan mutu teh.
  • Penguatan kelembagaan Bandung Tea Auction (BTA) melalui pendanaan pemerintah.
  • Perbaikan Supply Chain teh Indonesia melalui pendanaan pemerintah.
  • Pengembangan dan pemberdayaan Jakarta Tea Auction (JTA) melalui pendanaan investor.